Saudara – saudari yang terkasih, tabir kemeriahan Natal sudah tak terbendung pada peringatan adven ke tiga ini. Kita semakin bersemangat dalam menantikan kehadiran Tuhan dengan penuh gembira. Dalam Minggu Gaudete, kita diajak untuk semakin hidup bermatiraga dengan hati penuh sukacita dalam menantikan Sang Penyelamat dunia.
Dalam masa Adven penuh sukacita, Gereja mengajak kita untuk merenungkan tokoh kitab suci yang turut dalam membuka jalan bagi Tuhan Yesus, yakni Yohanes Pembaptis. Ia berasal dari keturunan Lewi yang memiliki orang tua seorang imam, yakni Zakharia dan ibunya adalah Elisabeth, bibi dari Bunda Maria. Dalam kitab suci sudah jelas bahwa tugasnya adalah menjadi saksi dari Sang Terang, Yesus Kristus.
Yang menarik adalah karakter yang dimiliki oleh Yohanes berbeda dengan yang dimiliki oleh kebanyakan orang pada umumnya. Dia adalah seorang outlier, yakni diluar kehidupan normal. Pada saat ini menjadi perhatian publik adalah salah satu keinginan banyak orang. Banyak cara yang dilakukan agar menjadi terkenal. Banyak orang menginginkan perhatian hanya tercurah pada dirinya. Dimulai dari kebiasaan selfie hingga membuat sensasi. Hal ini sangat berbeda dengan kehidupan Santo Yohanes Pembaptis yang cenderung membiarkan dirinya semakin kecil namanya.
Ia adalah pribadi yang sukses menjadi pembuka jalan karena ia mengerti panggilan terbesarnya untuk mempersiapkan jalan bagi seorang pribadi yang paling dinantikan dunia. Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” ( Yohanes 1 : 26-27). Permenungannya adalah mengapa histrionik (ingin diperhatikan) menjadi kebutuhan, padahal hal ini bisa mengikis rasa kasih dan peduli kepada sesama, dimana eksis diri dengan cinta sesama sangat bertentangan.
Saudara-i yang terkasih, esensi dari Adven adalah penyesalan diri, sebab matiraga merupakan bentuk pertobatan. Seperti Yohanes Pembaptis, kita diutus menjadi menjadi saksi Kristus yang selalu melihatkan buah-buah pertobatan. Dunia yang semakin canggih teknologinya, tidak membutuhkan teori teologi yang mudah dicari di internet yang bisa dipelajari kapan saja. Lebih daripada itu, Paus Paulus VI pernah berkata, “Orang modern lebih mau mendengarkan para saksi iman daripada pengajar, dan kalaupun ia mendengarkan para pengajar, itu disebabkan karena mereka adalah para saksi iman.” (Evangelii Nuntiandi, 41).
Dalam masa Adven ini, Mari kita memuliakan nama Allah melalui kesaksian dari buah-buah pertobatan sambil menantikan kehadiran Tuhan Yesus yang penuh sukacita. (Markus Karyono)
Berkah dalem
Sumber : katolisitas.org, Iman katolik, Everdethan.com