Saudara-saudari yang terkasih, bacaan injil pada minggu ini mengajak kita untuk selalu memperbarui diri agar kita berkenan di hadapan Allah. Sebagai orang beriman, kita mempunyai tujuan akhir agar hidup bahagia di surga. Yesus selalu mewartakan misinya bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tuhan Yesus memberikan gambaran tentang surga bukanlah sebagai elemen abstrak, tetapi hal kongkrit yang bisa dinalar dalam hidup sehari-hari. Pada minggu biasa ke XXVIII, kita diajak untuk merefleksikan kerajaan Allah yang digambarkan dalam perjamuan kawin. Tuhan Yesus memberikan kesaksian bahwa Kerajaan Allah hadir dalam dirinya, sebagai Sang Mesias (bdk. Kompendium Katekismus no. 108).

Dalam tradisi Yahudi, perkawinan merupakan budaya yang  dirayakan secara meriah, sebab menghadirkan sukacita bersatunya laki-laki dan perempuan. Pesta kegembiraan tersebut ditunjukkan dengan melimpahnya makanan dan minuman (anggur). Suasana sukacita inilah yang ingin ditunjukkan Tuhan Yesus dalam menggambarkan kerajaan Allah, yakni bersatunya Allah dengan manusia melalui kasihnya. Allah menunjukkan inisiatifnya untuk mengundang rakyatnya agar datang dalam sukacita di kerajaannya.

Tanggapan rakyat yang membangkang terhadap undangan raja menjadi masalah utama dalam teks Injil minggu ini. Mereka lupa bahwa mereka adalah rakyat yang memiliki raja (bdk.Wikipedia .org). Sikap cuek dan acuh merupakan tindakan meremehkan atas undangan raja yang penting, padahal raja menganggap kedatangan rakyat yang diundang dalam perjamuan kawin sangat penting  (Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Kanisius, hal 66). Raja menunjukkan rasa hormat yang tinggi kepada umat yang dicintainya, tetapi rakyat tidak menyadarinya (Mat 22: 3-6).

Masalah muncul kembali ketika ada seseorang yang datang tanpa menggunakan pakaian pesta (Mat 22:11-12). Orang tersebut tidak menghargai dirinya sendiri dan kebaikan sang raja yang telah menyediakan semuanya secara layak. Orang tersebut egois dan mementingkan dirinya sendiri. Tidak salah jika Sang Raja menyuruh pergi orang tersebut karena tidak layak.

Refleksinya adalah bagaimana kita hidup layak dihadapan Allah? Semua orang diundang Allah dalam kerajaan-Nya. Orang berdosa dipanggil untuk bertobat agar bisa masuk dalam rumah-Nya yang abadi. Kerajaan Allah akan dimiliki oleh orang yang rendah hati, sebab bagi mereka, misteri kerajaan dinyatakan (bdk.Kompendium Katekismus no.  107). Dalam konteks dewasa saat ini,  yang membangkang adalah orang yang sombong yang tidak membutuhkan Allah. Orang sombong adalah orang yang menganggap apa yang dimiliki secara duniawi bisa menyelamatkan hidupnya, padahal hal itu yang membawa mereka pada maut dan dosa.

Mereka yang tidak layak dalam konteks dewasa ini adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku yang tidak menunjukkan martabat manusia sebagai citra Allah. Perbuatan yang berseberangan dengan cinta kasih merupakan bentuk nyata merendahkan Allah yang Maha Kasih. 

Melihat keprihatinan manusia yang belum siap menerima kedatangan Allah, maka Tuhan Yesus memberikan pernyataan  “banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (Mat 22:14) yang berarti undangan menuju kerajaan Allah memang sudah ditawaran kepada semua orang, tetapi sedikit yang siap sedia untuk ikut dalam perjamuan kasih-Nya. (Markus Karyono)

 Berkah dalem