Di Calcutta India, para anggota Kongregrasi Misionaris Cinta Kasih yang dipimpin oleh Ibu Teresa memasak untuk sembilan ribu orang tiap harinya. Suatu hari seorang suster datang dan berkata pada Ibu Teresa, “Ibu, tidak ada sesuatu pun untuk dimakan, tidak ada sesuatu pun untuk diberikan pada orang-orang itu”. Ibu Teresa tidak mempunyai jawaban. Dan kemudian pada jam 9 pagi itu, sebuah truk penuh roti datang ke rumah Ibu Teresa. Setiap hari pemerintah India memberikan sepotong roti dan susu kepada anak-anak miskin di sekolah. Tetapi pada hari itu – tidak seorangpun tahu kenapa –  semua sekolah tiba-tiba diliburkan. Dan semua roti itu diantar ke rumah Ibu Teresa.

Lihat, Allah meliburkan sekolah. Dia tidak akan membiarkan orang-orang pergi tanpa makanan. Dan Ibu Teresa mengira, inilah pertama kalinya mereka mendapatkan roti yang baik seperti itu dan dalam jumlah yang amat banyak.

Saat membaca cerita diatas, saya langsung teringat akan kisah Tuhan Yesus yang memberi makan 5000 orang, yang kita dengarkan dalam Bacaan Injil hari ini (Matius 14:13-21). Mukjizat yang terjadi dua ribu tahun yang lalu, masih terus terjadi di dunia modern saat ini.

Ada beberapa hal menarik yang dapat kita renungkan dari Bacaan Injil hari ini:

1.  Belas kasih Allah

Yesus sebenarnya ingin beristirahat dan menyendiri (ayat 13), namun melihat orang banyak datang tergeraklah hatinya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit (ayat 14). Orang banyak datang karena mereka benar-benar lapar secara fisik dan rohani. Mereka lapar akan Sabda Allah, lapar akan kesembuhan dan pembebasan dari segala penderitaan. Yesus melihat mereka bagai kawanan domba yang tanpa gembala, maka tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

2. Keperdulian dan pemeliharaan Allah

Allah memperdulikan mereka dalam segala aspek, setelah mereka dikenyangkan dengan Sabda Allah dan rahmat kesembuhan, Tuhan Yesus juga mencukupi kebutuhan fisik mereka. Tuhan tidak membiarkan mereka pergi dengan perut kosong.

“Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (ayat 16).  

Tuhan kemudian menggandakan roti dan ikan untuk mengenyangkan mereka yang lapar sampai mereka tidak sanggup makan lagi dan sisa yang dikumpulkan masih ada 12 bakul.   

Di ayat 16 ini, Tuhan juga mengajarkan pada para muridNya bagaimana mereka seharusnya bersikap dalam menghadapi orang-orang yang lapar, membutuhkan perhatian dan bantuan. Yesus mengajak para muridNya untuk tidak mundur ketika menghadapi persoalan.

Pemeliharaan Allah ini ditegaskan juga dalam Injil Matius 6 : 31–32, “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di Sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu”.

Ditengah kondisi seperti saat ini, kita harus benar-benar yakin dan percaya, Allah masih memberi kita nafas kehidupan sampai saat ini, Allah pasti akan memenuhi segala kebutuhan kita dan tidak akan membiarkan kita “lapar”.

3. Mulai dari apa yang sudah ada

Peristiwa penggandaan roti ini dimulai dari apa yang sudah ada, yaitu lima roti dan dua ikan. Dari sesuatu yang kecil, bisa menjadi besar. Dengan potensi yang kita miliki masing masing bila disertai dengan ucapan syukur, itu akan menjadi berkat yang melimpah bagi sesama. Sekecil apapun jika disyukuri, akan ada sisa (12 bakul). Sementara sebanyak apapun jika tidak disyukuri, akan selalu kurang dan kurang.

Mari jangan biarkan yang sedikit tetap menjadi sedikit. Dari sedikit yang kita miliki kita bisa mulai berbagi dua roti dan ikan.

4. Gambaran dari Ekaristi

Ayat ke 19: “Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-muridNya, lalu murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang banyak”.

Pada Perjamuan Malam Terakhir (Matius 26 : 26) Yesus juga mengucapkan kalimat yang sama, hanya saja pada Perjamuan Malam Terakhir, Yesus menyerahkan DiriNya sendiri secara total bagi kita, sehingga Yesus menambahkan kalimat “Ambillah, makanlah, inilah Tubuhku “ .

Di tengah pandemi seperti saat ini, dimana ketakutan menghantui sebagian besar orang, ketakutan akan sakit penyakit, ketakutan kehilangan pekerjaan, ketakutan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup selanjutnya, biarlah belas kasih Tuhan yang senantiasa menjadi sesuatu yang selalu kita imani dengan teguh. Sesulit apapun masalah kita, mari seperti 5000 orang yang mencari, datang dan disembuhkan, datanglah selalu pada Yesus dan jangan mencari solusi diluar itu.

Berharap pada Tuhan adalah jalan terbaik yang mesti kita ikuti dan andalkan dalam hidup ini.

Awali hari bersama Tuhan, penuhi hati dengan Firman, berbicara padaNya dalam doa, hidup dalam kekudusan, mujizat akan terjadi dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati… (Selvi)