Saudara-saudari yang terkasih, di zaman modern saat ini, iman yang notabene menjadi kepentingan personal perlu dipelihara agar tetap berbuah untuk diri sendiri dan sesama. Hendaknya, beragama tidak sekedar ikut-ikutan saja, tetapi harus diwujudkan secara tepat. Perlu tindakan kreatif agar iman lebih menarik untuk diperbincangkan. Lebih dari itu, tidak ada bingkai yang menarik dari iman selain kasih. Cinta kasih yang diwartakan menjadi bukti bagaimana seseorang mencintai Tuhan Yesus.
Cara mencintai Tuhan Yesus dalam bacaan Injil digambarkan dalam perumpamaan “Penabur” (Mat 13:1-23). Dalam bacaan tersebut, ada tiga cara manusia menanggapi imannya pada Tuhan. Yang pertama, orang yang tidak mampu mengarahkan imannya, yang digambarkan benih yang jatuh di pinggir jalan. Biasanya orang yang bertipe ini adalah orang yang hanya ikut-ikutan saja. Iman yang model seperti ini biasanya mudah putus asa, mengeluh, dan mudah menyalahkan karena tidak mampu merasakan kasih Tuhan.
Yang kedua, benih yang jatuh di tanah berbatu, yang digambarkan sebagai model iman seseorang yang tidak berprinsip. Mereka cukup memahami ajaran Tuhan, tetapi dangkal hatinya. Mereka tidak memiliki alasan yang kuat mengapa harus percaya pada firman Tuhan. Ketika menghadapi sedikit ujian hidup, lepaslah imannya dan mencari pegangan yang lain sebab imannya tidak kuat.
Cara menanggapi iman ketiga yang menjadi tantangan di zaman utilities saat ini, yakni kenikmatan dan kenyamanan. Dalam kategori ini, Tuhan Yesus menggambarkan sebagai benih yang tumbuh di semak duri. Orang yang bertipe ini memahami ajaran Tuhan dan mewujudkan dalam hidup sehari-hari tetapi hanya sesaat saja. Ia memiliki prinsip yang berlawanan dengan ketulusan. Semangat berimannya hanya didasarkan pada yang disukai dan materi yang ditemukan dalam komunitasnya. Ketika sudah tidak ada keuntungan yang diperoleh, orang itu meninggalkan imannya, dan mencari iman yang baru.
Allah mengharapkan ajaran iman yang diterima seperti benih yang jatuh di tanah subur. Bagaimana bentuk dan situasinya, setandus apapun tanahnya, jika tanahnya digarap dan dipelihara, pasti akan menjadi media yang gembur. Apapun tanamannya, jika medianya subur, pasti akan bertumbuh dan berbuah. Umat yang mengusahakan tanah yang subur artinya orang yang serius dalam menggenapi imannya, selalu merenungkan dalam hidup sehari-hari, berusaha mencari tahu firman Tuhan, mewujudkan dalam tindakan yang nyata, menyertakan Tuhan dalam setiap karya, serta tulus mengasihi sesama.
Ukuran ketulusan tidak berdasarkan pada orang lain lihat, tetapi hanya anda dan Tuhan yang tahu. Jaminan keselamatan bagi orang yang mendengarkan firman Tuhan adalah berkat. Tuhan sudah menyatakan bahwa firmannya tidak akan sia-sia, tetapi melaksanakan yang dikehendaki-Nya, dan berhasil sesuai perintah-Nya (bdk.Yes 55:11). Refleksinya adalah apakah perwujudan iman yang sudah anda lakukan disadari sebagai upaya menabur benih firman Tuhan atau spontanitas? Jika disadari, akan lebih berdaya. (Markus)
Berkah dalem.