Setelah memperingati Hari Raya Tritunggal Maha Kudus, Gereja memperingati Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Biasanya Gereja memperingatinya dengan kegiatan Komuni Pertama bagi anak-anak yang memasuki masa remajanya. Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana Ekaristi dilaksanakan secara online karena Pandemi Covid-19. Meskipun demikian, tidak menghalangi penghayatan iman umat terhadap Perayaan Ekaristi, justru dengan adanya pendemi ini, iman umat diuji dan dimurnikan. Secara khusus dalam perayaaan Tubuh dan Darah Kristus ini, umat diingatkan kembali tentang penghayatan iman akan Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi Kudus, dan bagaimana penghormatan terhadap Ekaristi yang di dalamnya Yesus hadir menyapa setiap pribadi.
Perlu disadari bahwa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus merupakan undangan untuk memberi penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus sebagai kehadiran Yesus dalam Roti dan Anggur. Undangan ini nampak pada apa yang diajarkan dalam kitab hukum kanonik: “Umat beriman kristiani hendaknya menaruh hormat yang sebesar-besarnya terhadap Ekaristi Mahakudus dengan mengambil bagian aktif dalam perayaan Kurban Maha luhur itu, menerima sakramen itu dengan penuh bakti dan kerap kali, serta menyembah-sujud setingggi-tingginya” (Kan 898).
Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus berangkat dari iman Gereja akan Yesus sebagai Roti hidup yang telah turun dari Surga (Bdk. Yoh 6:48-51.52-56). Kita mengimani bahwa Hosti yang telah dikonsekrasikan dalam Misa Kudus adalah benar-benar tubuh Tuhan Yesus sendiri. “Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman” (Yoh 6:55).
Hal ini semakin diperkuat dengan apa yang terdapat dalam Injil Matius, ketika Yesus melaksanakan perjamuan terakhir bersama dengan para murid-Nya: “Ambilah, makanlah, inilah tubuh-Ku”(Mat 26:26). Demikian pula dengan anggur yang dikonsekrasikan, juga benar-benar Darah Yesus sendiri. “Inilah Darah-ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:28). Maka roti dan anggur yang diberikan adalah Daging/Tubuh dan Darah Yesus sendiri.
Ia bukan lagi roti dan anggur biasa, bukan hanya simbol atau lambang Yesus Kristus, tetapi sungguh Tuhan Yesus sendiri. Karena Yesus sungguh hadir dalam Ekaristi, maka seluruh umat beriman harus memiliki sikap hormat akan kehadiran Tuhan Yesus baik yang kita terima saat komuni, yang bersemayam dalam tabernakel, yang ditahtakan di adorasi atau yang diarak dalam sebuah prosesi.
Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, ada sebuah pertanyaan yang menjadi refleksi bersama, apakah yang dapat aku perbuat untuk semakin menghayati ajaran iman ini? Mampukah aku meneladan Yesus yang mau berkurban bagi orang lain? Kiranya bacaan Injil hari ini mengantar pada kesadaran baru untuk bersikap. Seperti yang dilakukan Yesus, saat Ia diikuti oleh banyak orang yang dengan tegas mengatakan: “…kamu harus memberi mereka makan”, demikian pula hendaknya kita bersikap untuk menghayatinya.
Ketika kita menghadapi kesulitan, kita cenderung seperti para murid yang ingin lepas tangan dan menyuruh mereka pergi. Jika memperhatikan ketegasan Yesus, Ia tidak mau muridnya lepas tangan dan tidak bertanggung jawab. Jika ada orang yang kesulitan, mereka harus menolong. Kita tak boleh menjadi penonton atau lepas tangan, atau bahkan “ambil keuntungan” dari penderitaan orang lain. Kita harus membantu.
“Kamu harus memberi mereka makan” adalah perintah Yesus untuk menolong sesama, berani melakukan kurban untuk orang lain. Kita sudah diberi anugerah kehidupan dengan cuma-cuma, maka kita pun harus menjadi saluran berkat bagi sesama. Jangan pernah lepas tangan, lari dari tanggung jawab, dan mari selalu berusaha memiliki kepedulian terhadap orang lain. Pertolongan meskipun kecil, akan sangat berguna bagi yang membutuhkan. (Lusia)
Berkah Dalem.