Umat Katolik merayakan Rabu Abu sebagai tanda dimulainya masa Prapaskah. Di hari tersebut, umat Katolik akan menerima abu di dahi. Abu ini melambangkan penyesalan akan dosa dan tanda pertobatan. Di hari ini pula, umat Katolik akan memulai masa berpantang dan berpuasa.
Masa pantang dan puasa ini dimulai di hari Rabu Abu selama 40 hari sampai Jumat Agung. Mengutip Katolisitas, aturan puasa dan pantang umat Katolik berbeda dengan puasa lainnya. Pantang wajib dilakukan oleh orang yang sudah berusia di atas 14 tahun. Sedangkan puasa wajib dilakukan pada orang Katolik yang sudah berusia 18 tahun sampai 60 tahun.
Puasa wajib dilakukan pada Rabu Abu dan Jumat Agung, namun diperbolehkan jika ingin berpuasa selama 40 hari hingga Jumat Agung. Puasa berarti makan kenyang satu kali, sedangkan pantang wajib dilakukan pada Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah hingga Jumat Agung.
Pantang bisa dipilih sendiri sesuai kemampuan misalnya pantang daging, ikan, garam, jajan atau rokok. Namun sebaiknya hal yang dipantangkan adalah hal-hal yang disukai. “Berpuasa dan berpantang itu bukan soal menahan marah dan lapar. Puasa itu tidak menahan,” kata Pastor RD. Paulus Christian Siswantoko dari Komisi Kerasulan Awam KWI saat Misa Rabu Abu CT Corp, Rabu (26/2). “Kalau menahan berarti setelah berbuka puasa, anda boleh marah dan boleh makan sepuasnya, misalnya makan tiga kali, lalu karena puasa makannya ditahan sampai jam buka dan saat berbuka makan sebanyak tiga kali porsinya.” “Puasa itu bukan menahan, tapi mengurangi.”
Pastor Paulus mengungkapkan ketika berpuasa selama 40 hari, kita hendaknya mengurangi berbagai macam dosa favorit atau dosa yang dilakukan setiap hari. Puasa dan pantang yang dilakukan ini akan membantu mengembalikan diri menjadi anak-anak Tuhan. Puasa dan pantang disebut juga sebagai ‘mati raga’ dengan harapan bisa mematikan semua hal-hal buruk dalam raga (tubuh) manusia dan kembali suci usai peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus saat Paskah sebagai lambang penebusan dosa.
“Pada akhirnya, ini
akan mengurangi beban dosa yang selama ini dilakukan dan melakukan pertobatan. Puasa
dan pantang menjadi sebuah sarana diet.
“Puasa bukan hanya soal makanan dan menahan nafsu, tapi puasa itu diet.
Diet dari segala dosa.” Hanya saja ketika menjalankan perintah pantang dan
puasa, umat Katolik juga diminta bersikap tulus dan melakukannya untuk Tuhan
dan bukan untuk pamer. (Ririn)