Gereja Paroki Hati Kudus Yesus-Katedral Surabaya mengadakan komuni pertama setelah sekian lama tertunda karena pandemi, Minggu, 18 Oktober 2020. Hal ini juga telah dilakukan Paroki St. Maria Annuntiata Sidoarjo sebelumnya. Komuni pertama ini seharusnya diadakan pada Juni lalu tepatnya saat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Namun, karena berbagai pertimbangan, maka baru kali ini bisa diadakan.

Sebanyak tiga puluh dua anak menerima komuni pertama tahun ini didampingi orang tua mereka. Tidak seperti biasanya, penerimaan komuni pertama yang semula diberikan secara dua rupa sekarang hanya satu rupa dan diterimakan di tangan. Meski begitu, semangat iman anak-anak tidak luntur karena kondisi demikian akibat pandemi.

Sebelum penerimaan komuni pertama, anak-anak telah mengikuti berbagai persiapan. Sejak kehadiran pandemi pada Maret lalu, maka pengajaran yang telah berlangsung secara tatap muka sejak Januari berubah secara daring hingga berakhir Juni lalu. Persiapannya pun tidak hanya diberikan kepada calon penerima komuni, namun juga para pengajar, panita dan bahkan orang tua calon penerima komuni pertama. Semua itu diperlukan guna memberikan pemahaman yang benar tentang Tubuh dan Darah Kristus.

Persiapan yang matang tampak dari para pengajar yang mengikuti rekoleksi bersama RD. Agus Sulistyo. Tema rekoleksi waktu itu adalah “Spiritualitas Pengajar yang Penuh Sukacita dan Humanis”. Pengajar dan panitia melaksanakan hal ini agar memiliki bekal dan kualitas yang cukup serta hati yang mampu menghadirkan Allah. Tentunya mereka menjadi kepanjangan tangan Tuhan yang memberi sukacita dan membimbing anak calon penerima komuni pertama secara terarah.

Anak-anak dalam setiap pertemuannya didorong untuk dapat mengolah pikiran, rasa dan gerak mereka. Hal ini dilakukan guna membentuk mereka menjadi pribadi yang berkarakter. Pengajar juga memberi materi yang mudah mereka pahami melalui film, lagu, dan gambar. Tak lupa mereka juga mendapat tugas yang langsung mendapat masukan dari para pengajar. Setiap sesi berakhir, anak-anak diajak untuk ber-refleksi tentang apa yang mereka dapatkan selama sesi.

Orang tuapun ikut ambil bagian dalam mempersiapkan anak mereka mengikuti komuni pertama. Mereka mengikuti rekoleksi selama tiga kali. Materi rekoleksi untuk orang tua disesuaikan dengan materi pokok yang diterima anak. Materi itu meliputi “Kebiasaan Hidup Orang Kristiani” dan “Sakramen Ekaristi” bersama Romo Sadewo, dan terakhir mengenai “Allah Maharahim” bersama Romo Fusi . Diharapkan setelah mengikuti rekoleksi ini, orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dapat membimbing iman anak dalam keluarga. (Daniel Gesang Wibowo)