Dalam kehidupan bersama ada perbuatan baik dan salah. Perbuatan baik mendatangkan berkat, sedangkan perbuatan salah kerapkali mendatangkan perselisihan antar sesama. Adanya perselisihan antar manusia, keharmonisan yang semula tercipta menjadi renggang. Walaupun kerenggangan tersebut terjadi antar manusia, secara tidak langsung juga telah menyebabkan kerenggangan dirinya dengan Allah Penciptanya. Sebab sesama manusia menjadi tanda kehadiran-Nya. Manusia akan merasakan kebahagiaan dan damai sejahtera bila relasinya dengan Allah dan sesama sangat harmonis.
Dengan kerelaan mau mengampuni, cinta kasih Kristus kembali hadir dan memulihkan keadaan menjadi harmonis kembali. Bahkan mereka yang mau dan rela mengampuni akan mengalami pembebasan dari dosa dan memperoleh kekuatan di kala mengalami kerapuhan fisik dan jiwa (bdk. Sir 28:2).
Pengampunan dapat diartikan sebagai upaya membebaskan seseorang dari kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, sehingga membuka kemungkinan bagi seseorang terhindar dari kesalahan dan dosa yang sama. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Yesus dapat mengampuni dosa, karena Dia sesungguhnya adalah Allah. Antar sesama manusia hanya dapat mengampuni kesalahan, bukan dosa. Seorang imam dapat mengampuni dosa karena telah menerima kewenangan dari Yesus (bdk. Yoh 20:23).
Pengampunan dapat juga diartikan sebagai anugerah Tuhan yang luar biasa walaupun datangnya dari sesama. Sesama hanyalah cara Tuhan memberikan cinta kasih-Nya melalui cara mengampuni kesalahan dan dosa manusia dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Maka, sudah sepatutnya anugerah itu diterima dengan perasaan penuh syukur.
Dalam Kitab Sirakh 28:2 dikatakan “Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa.” Ungkapan yang hampir sama terdapat dalam Doa Bapa Kami “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Melalui Sabda tersebut, Allah mengajarkan perlunya berdamai dan membangun keharmonisan kembali dengan sesama melalui jalan pengampunan. Bila setiap orang mau dan rela mengampuni kesalahan sesamanya, Allah pun akan mengampuni segala dosa-dosanya.
Melalui Matius 18:35, Yesus mengajarkan bahwa pengampunan Allah, sekalipun diberikan secara cuma-cuma kepada semua orang berdosa yang bertobat, namun tetap bersyarat juga, yaitu sampai si calon penerima mau mengampuni sesamanya. Dengan kata lain, seseorang dapat kehilangan rahmat pengampunan Allah bila tetap menyimpan kesalahan dan tidak bersedia mengampuni orang lain.
Dengan menyebutkan “tujuh puluh kali tujuh”, Yesus mengajarkan bahwa pengampunan itu tanpa batas, artinya harus dilakukan terus menerus dengan sepenuh hati. Apalah arti kesalahan kecil orang lain kepada kita dibandingkan dosa kita terhadap Allah? Orang yang sungguh menghayati pengampunan Allah, wajib meneruskan pengampunan itu kepada sesamanya.
Sumber:
Tafsir Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Youcat Indonesia, Katekismus Populer.
(P. Dedy.S)