Pada masa transisi menjelang New Normal seperti sekarang ini, orang-orang terlihat semakin sibuk menjaga kesehatannya, memperlengkapi diri dengan berbagai macam alat dan vitamin agar terhindar dari virus dan tubuh tetap sehat. Namun disisi lain, kita juga tidak boleh mengabaikan kesehatan batin kita. Kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk memeriksa batin, sudah cukup sehatkah batin kita? Sudah bahagiakah kita?

Salah satu hal yang membuat seseorang tidak bahagia adalah luka batin. Luka batin adalah suatu  keadaan dalam batin seseorang yang menimbulkan perasaan marah, benci, kecewa dan pahit hati yang begitu mendalam sebagai akibat dari penolakan atau perlakuan semena-mena dari orang lain. Keadaan ini biasanya timbul sebagai akibat dari pengalaman pahit dalam kehidupan atau pengalaman sakit hati. Mungkin pernah disakiti, dilukai, dikhianati, digosipkan, difitnah atau diperlakukan tidak adil oleh orang-orang disekitarnya. 

Setiap orang pasti memiliki luka batin. Luka ini amat menyakitkan, sehingga banyak orang memilih untuk menekan dan tidak ingin menyentuh luka batinnya. Padahal, jika orang tersebut mampu mengolah, menyembuhkan dan  menerimanya, luka batin bisa menjadi rahmat dan menguatkan karakter orang tersebut.

Rm Yulius Sudharnoto, O. Carm menyebutkan 9 tanda/gejala luka batin sebagai berikut :

1. Thougt Distortion – kerancuan berpikir – orang cenderung membesarkan masalah kecil dan mengecilkan masalah yang besar [misal: meremehkan masalah Corona dan tetap nekat pulang kampung], menilai orang lain dari kacamata yang mengerikan, paranoid, melihat negatif terhadap orang lain, selalu protes;

2. Emptiness – kekosongan – tidak pernah bersyukur;

3. Additive – kecanduan [rokok, narkoba, main game, nonton film sampai jauh malam, membeli buku kemudian tidak dibaca];

4. Non Dicipline Behavior –  tingkah laku tidak disiplin [siang jadi malam-malam jadi  siang, ingin tampak beda dari orang lain];

5. Intimacy Disfunction – tidak bisa akrab dengan orang lain, tidak punya sahabat, tidak mau/tidak bisa membuka diri pada orang lain, sendirian;

6. Trust Issue – tidak percaya pada orang lain, takut dipermainkan;

7. Narcissistic – egois luar biasa;

8. Aggressive Behavior – kasar, menyerang;

9.Codependency – ketergantungan yang besar pada orang lain, tidak punya inisiatif;

Kapan luka batin mulai terjadi pada seseorang?

1. Luka batin dalam rahim ibu kita [situasi ekonomi, penolakan, trauma sang ibu akan sesuatu (misal : ular, serangga, dll ) akan mempengaruhi anak yang ada dalam kandungan dan itu akan terbawa oleh anak]. Ini adalah jenis luka batin yang paling sulit disembuhkan. Biasanya proses penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, bisa sampai bertahun-tahun dan membutuhkan pendampingan khusus;

2. Waktu bayi sampai 2 th [diasuh pembantu, kurang pelukan dari orang tua];

3. Kanak-kanak 2-3 th [adanya larangan yang menyebabkan anak takut, perhatian pada adik yang baru];

4. Masa bermain [anak harus diberi kesempatan untuk bermain];

5. Masa sekolah – trauma pertama kali masuk sekolah, fantasi mulai tumbuh, orang tua membanding-bandingkan dengan saudara, selalu  dimarahi saat nilai kurang;

6. Masa remaja – ketertarikan pada lawan jenis, putus cinta;

7. Dewasa awal  19-35  tahun – relasi dengan lawan jenis;

8. Dewasa – perselingkuhan, tidak percaya satu sama lain, tidak akrab dengan dirinya sendiri;

9. Tua – kesepian, anak tidak telpon, anak tidak datang mengunjungi;  

Bagaimana seseorang dapat sembuh dari luka batin ?

Mother Teresa dalam bukunya “Secret Fire” menyarankan untuk memaafkan sepenuhnya semua luka masa lalu dan masa kini secepatnya. “Setiap kali ingatan masa lalu muncul, kita perlu memilih untuk memandangnya dalam kuasa terang Allah agar menjadikan semuanya berkat. Kita dapat berdamai dengan itu dan beralih darinya”

Penyembuhan luka batin pada prinsipnya adalah proses pendamaian dalam diri si penderita luka batin. Maka Sakramen Tobat yang disebut sakramen rekonsiliasi atau pendamaian bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan luka batin. Sakramen Tobat akan memurnikan jiwa, perasaan, serta hati kita sehingga kita tersembuhkan dari luka-luka batin itu.

Sudah siapkah kita untuk menerima kesembuhan batin dan membiarkan Allah berkarya dan menyempurnakan hidup kita?

Oleh : Selvi (dari berbagai sumber )