Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran
Oleh Casey Jerdam
10 November 2025

Minggu, 9 November 2025 merupakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran yang dipimpin oleh Romo Yustinus Budi Hermanto. Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran ini merupakan perayaan penting dalam Gereja Katolik yang menandai dedikasi Basilika Santo Yohanes Lateran, gereja katedral Paus dan simbol persatuan umat Katolik di seluruh dunia. Disebut sebagai simbol persatuan karena merupakan tanda kelahiran Ilahi.
Bacaan pertama diambil dari yeheskia 47: 1-2.8-9.12 mengisahkan air kehidupan yang mengalir dari Bait Suci untuk membawa pemulihan, kesuburan, dan penyembuhan. ini berterkait erat dengan Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran karena pesta ini merayakan Gereja sebagai bait Allah yang baru dan sumber rahmat Kristus. Sebagaimana air dari bait suci menghidupkan laut mati, Gereja Lateran sebagai Ibu dan Kepala semua gereja, melambangkan pusat di mana rahmat dan sakramen mengalir kepada umat melalui Tubuh Kristus, mengubah kehidupan yang tandus menjadi subur dengan buah-buah keselamatan.
Bacaan kedua diambil dari 1 korintus 3: 9-11.16-17 bacaan ini menekankan bahwa jemaat adalah bangunan dan bait Allah yang kudus, di mana Roh Allah berdiam. Dalam bacaan ini Yesus ingin mengatakan bahwa kita adalah bangunan atau tempat kediaman Allah. Yesus sebagai dasar dari bangunan itu dan tidak akan ada seorang pun yang dapat menggantikannya.
Bacaan injil diambil dari yohanes 2: 13-22 mengisahkan tindakan Yesus membersihkan Bait Allah di Yerusalem sambil menyatakan, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali," menjadi bacaan kunci dalam Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran, karena menghubungkan bangunan fisik gereja dengan makna spiritual yang lebih dalam. Injil ini ingin memberi pesan yang melambangkan kebebasan gereja untuk beribadah secara terbuka. Sementara Basilika Lateran adalah simbol penting dari Gereja sebagai bangunan dan komunitas yang stabil. Dari injil Yohanes ini mengingatkan bahwa Bait Allah yang sejati bukanlah sekadar bangunan batu, melainkan Tubuh Kristus yang bangkit dan, secara ekstensi, komunitas umat beriman itu sendiri, menuntut agar baik gereja fisik maupun hati setiap anggota harus dijaga kesuciannya, bersih dari perdagangan duniawi, dan berpusat pada Kristus sebagai batu penjuru.